Minggu, 23 November 2008

121108 " Kumulai Usia Baruku Dengan Membasuh Kedua Telapak Kaki Ibuku "

Alhamdulillah Wa Syukurillah Binikmatillah, Subhanallah...Usiaku Kini meranjak menuju akhir cerita hidup
Tak lelah kuhanturkan terima kasih atas segala nikmat yang selama ini menemani
Ketika pagi merebut perhatianku dengan cahaya mentari
Kumulai Usiaku ke 24tahun dengan membasuh kedua kaki ibuku,mencucinya,lalu meminum air dan membasuh wajahku dengan sisa bilasannya

Rasanya tidak terhingga kebahagiaan yang kurasakan pagi ini
Kumohon ampun dan ridho bundaku tuk jalani usiaku yang beranjak menua
Kami berdua menangis dan meratap bagai dua bocah yang ditinggal ibunda tercinta
Kumulai semuanya dengan doa dan keikhlasan bundaku
Aku ingin menjadi wanita yang lebih baik dimata keluarga,teman dan khususnya pemilik kehidupan Allah SWT

Kini kumulai tapaki usia baru dengan sejumput harapan dan asa
Kuberjalan dengan restu ibu yang sudah kupegang
Ketika tangan ibu mengusap lembut rambutku dan berkata "Demi Allah aku ikhlas dan memaafkan semua salahmu sebelum kau memintanya nak"
Sontak keharuan dan kesedihan menyergap betapa indah dunia kurasa saat itu
Seandainya Allah menjemputku saat itu juga,Demi Allah Aku Ridho karena aku berada dalam pangkuan bundaku tercinta,Tuhanku Didunia

Tak Lupa Kumohon maaf pada semua kerabat,teman dan sahabat yang pernah tersinggung atas tingkah lakuku, Izinkan maaf itu kurengkuh agar lancarlah jalanku menuju manusia baru
Kini Aku semakin Dewasa,InsyaAllah semakin mengerti akan hakikat hidup sebenarnya
Hanya Satu inginku,meninggalkan dunia dengan Khusnul qotimah


perionair

" Boneka Kayu "

Ditengah Kelam mandikan Taburan Bintang, Kupahat Sepotong Kayu Menyerupai Wajahnya..
Kucoba Ingat kembali senyum, sorot mata dan raut wajahnya yang masih tampak jelas tergambar dalam sketsa imagi
Angin Segar menyapa terbangkan angan, mengingat saat pertama bertemu
Lelaki itu berdiri menunggu dengan suara jangkrik temani langkahnya

Pertemuan singkat yang sangat berkesan
Bahkan alam pun mendinginkan suasana kami yang sedikit kaku dengan guyuran hujan mandikan bumi
Masih melekat jelas sosok itu menari dan bercanda dengan tingkah lucunya
Tinggalkan kepedihan yang hanya bisa terobati dengan selaksa impian tuk dapat berjumpa dengannya dalam kehidupan selanjutnya

Kembali,kulanjutkan pekerjaanku..kubuat tegas guratan diwajahnya
Sepertinya itu terilhami oleh karakter keras yang menjadi cirinya
Kubuat sempurna boneka kayu ini seperti kesempurnaan yang terbersit ketika mendengar ia berbicara mengenai Hidup dan Tuhan

Menit berganti jam, jam berganti hari
Selesai sudah kuciptakan boneka kayu sebagai teman dikala sepi
Sahabat dikala gundah, Kekasih fiktif menjelma gagahi relung suciku
Kuangkat boneka kayu itu dengan hati-hati
Kupindahkan Dalam ruang kecil tempatku bergumul dengan mimpi
Telah kuciptakan keindahan sesuai mauku
Aku bukan Pencipta tapi aku bisa melahirkan roh menjelma dalam kerangka kokoh kuat namun tak bernyawa

Kunikmati tiap garis dengan seksama
Hingga Nafsu Birahi terkolek lemah mencari kepuasan
Tersadar ini jauh dari nyata
Ketika Tangan Tuhan Menyentilku buyarkan angan


perionair

Waktu Berbalik Menghukumku

Waktu Berbalik Menghukumku..
Selepas Raga Berbaring Sandarkan Lelah
Sejenak Terhirup Aroma Menyengat Dari Bangkai Busuk Terpampang Hina
Selongsong Peluru Terdengar Meletus Masuki Sekat-Sekat Nadi

Terperanjat Teriakan Syahadat "La Ilaha Illallah"
Roh Itu Pisah Dari Rumah Jiwa
Terbujur Kaku Lidah Tak Terkata
Dingin Merasuk Hingga Tulang Menggeretak
Tamat Langkah Usai Riwayat Diri

Mati Sudah Impian Tertinggal Beban Singgahi Yaumil Mahsyar
Apakah Pakaian Mewah Bertahtakan Intan Menjadi Atribut Kesempurnaan
Atau Wajah Seram Menyerupai Binatang Bermuka Dua Tergambar Jelas

Bait Takdir Tlah Terpenuhi, Nyawa Menjadi Hiasan Pada Dinding Beku
Kembali Menyusup Dalam Lingkaran Bergelora Api Panas Membakar Atau Berasik Masuk Dalam Danau Susu Dan Madu
Hitam Putih, Neraka Surga
Pilihan Ada Pada Kita Dan Waktu Yang Kita Gulirkan Dan Gagahi


perionair

Kamis, 20 November 2008

Jejak Panjang Sebuah Pengharapan

Cinta Dan Sakit..Fase dalam hidup yang dapat membuat manusia lebih kokoh berdiri
Lebih Lebar Dalam Tersenyum
Lebih Lapang Dalam Menerima Pahit Dan Manis Romantika Hidup
Lebih IKhlas Hadapi Terpaan Cobaan Yang Tak Pernah Lekang Selama Runtutan Nafas Masih Setia Berhembus

Kisah Hidupku Tidak Seindah Cerita Cinderela Dari Negeri Kahyangan
Namun Tak Setragis Nasib Naas Yang Menimpa Raja Fir'aun
Kisahku Berjalan Lambat Dengan Iringan Doa Dan Kepasrahan Hanya PadaNYA
Disaat Luka Membetot Tubuh dan Hatiku..Aku Manusia Biasa Yang Tak Bisa Mengalahkan Sedih Tanpa Air Mata Yang Membasahi
Lalu kuberanjak Mengeluh Pada Selaksa Bayangan Terpanggil Jiwa Sejati..Jiwa Yang Kekal Abadi..Jiwa Yang Tak Pernah Mati Walau Dunia Berhenti Berputar Pada Porosnya
Karena DIAlah Keabadian Bertahtahkan Kekuasaan Mutlak Pemilik Hidup Dan Juga Mati

Wanita iNi Tidak Berhenti Melontarkan Keluh Dan Harapan
Keluh Akan Jiwa Yang Terkadang Terbalut Sepi & Sesal
Menggrogoti Asa Sesak Tak Terperi
Harapan Tuk Bisa Menikmati Surga Dunia Dan Akhirat
Walau Tersadar Dosa Demi Dosa Membayangi Dan Sekiranya Surga bukan Tempat Yang Pantas Tuk Ku diami

Semua Ku lalui Dengan Ikhlas Sungguh Ikhlas
Kuyakin Tuhanku Maha Baik,DIA Sudah Siapkan Permadani Indah Sebagai Balasan Ikhlas Dan Pasrahku
Permadani Itu Kan Terbangkanku Menuju Singgasana Bahagia Sebenarnya
Bukan Dunia Materi Yang Terpancar Dipelupuk Mata
Bukan Juga Spirit Akan Rayuan Keindahan Semu Dunia

Aku Menunggu Dan Berdoa Selalu Bermunajat PadaNYA
Penantian Ini Akan Berakhir Itu Keyakinanku Yang Terpatri Lekat Dalam Relung Sukma
Kini Ku Terdiam Dan BerZikir Memuja MujiNYA
Cahaya Itu Seakan Semakin Mendekat Terasa Hangatnya Mulai Menyusup Kedalam Sumsum Tulangku
Mengetuk Keras Rongga Jantungku
Inikah Pijar Abadi Bahagia Yang Selama Ini Kunanti Dan Selalu Kunanti
Hingga Nanti Permadani Itu Benar-benar Terbangkan Aku Menemui Jejak Panjang Pengharapan Dan Ijabah Akan Semua Mauku


perionair

Minggu, 09 November 2008

Aku Dan NikmatMU

Mentari Menyapa Hangat Saat Kubuka Mata Pertama Kali Pagi Ini
Semerbak Harum Bunga Melati Ciptakan Selaksa Riang
Hati Ini Lapang, Ikhlas Sungguh Ikhlas
Tidak Ada Lagi Problematika Hidup Yang Belakangan Ini Sesakkan Ruang Bathinku
Ingin Kuhinggap Teriakkan Gelegar Suara Penuh Kelegaan

Ya Robb, Terkadang Kuanggap Sedikit Sekali Yang Kulakukan Tuk Menyenangkan HatiMU
Tapi Banyak Sekali Bahkan Terlalu Banyak Kemudahan Yang KAU Suguhkan Untukku
Dikala Sedih, KAU Hadir Hibur Aku Dengan Ayat-Ayat CintaMU
Mengangkatku Dari Kubangan Dosa Yang Kuciptakan Sendiri
Buai Aku Dengan Iringan Kecapi Merdu Petik Oleh Malaikat Pembawa Kebahagiaan

KAU Sembuhkan Rapuhku
Disaat Aku Sendiri Tak Mampu Beranjak Dari Kesempitan Sukma
KAU Sapa Aku Begitu Lembut
Bahkan Semut Pun Tak Bisa menangkap Sinyal Suara IndahMU
Aku Tersanjung Akan PerhatianMU

Apa Yang Bisa Kulakukan Tuk Membalas Semua Ini??!!
Bahkan Nyawaku Pun Tak Akan Bisa Membayar Nikmat Yang KAU Gulirkan
Ya Robb,Izinkan Aku Mengharap Hangat PelukMU
Lembut BelaianMU,Temaniku Menjalani Sisa Waktuku

Ini Tubuhku
Ini Jiwaku
Ini Hartaku
Demi Roh Yang Bersemayam Dalam Tubuh Hinaku
Kudedikasikan Sepenuhnya Tuk Menjadi HambaMU, Menjadi Pengikut SetiaMU, Menjadi BudakMU
Demi Nafasku Yang Masih Berhembus, Aku Bersedia Seumur Hidupku Hingga Matiku Hanya Mengharap Cinta Sejati DariMU..Hanya DariMU Allah Azza Wa Jalla



perionair

Topeng Guyon

Untukmu Mungkin Hidup Hanya Guyonan
Kegagalan Hanya Sebuah Canda Yang Pantas Ditertawakan
Semua Kau Lihat Dengan Kacamata Komedi
Tidak Tampak Keseriusan Sedikitpun Dari Tingkahmu

Ungkapan Perasaan Akan Cintamu Padaku Pasti Hanya Gurauan Belaka
Enggan Melihat Tingkah Manusia Dewasa Dengan Topeng Kekanak-kanakan
Melekat Erat Tak Sudi Kau Lepas Barang Sedetikpun
Kau Bermain Dengan Takdir,Tuan
Suratan Jelas Yang Tertoreh Bukan Sebuah Kelakar

Enyahlah Engkau Dengan Atribut Kelucuan Yang Kau Ciptakan
Bukan kau Yang Pantas Berdiri Disampingku
Karena Hidupku Adalah Kenyataan Serius Yang Harus Dihadapi Dengan Kesungguhan
Tampang Lugumu Tak Dapat Menipuku
Malaikat Pun Tau Kau Sosok Pembual

Kau Asyik Bergumul Dengan Dunia Semumu
Kau Kira Cinta Juga Sebuah Lelucon??!?!?!
Tenggelamlah Kau Dalam Kesepian Sejati
Karena Kasih Pun Selamanya Akan Enggan Menyambangi Relung Bathinmu


perionair

Kamis, 06 November 2008

"Ibu"

Ibu, Panggilan Terpuji Ini Kusematkan Padamu
Kaulah Tuhanku Didunia
Sembilan Bulan Lebih Kau Kandung Aku
Kuserap Sari Pati Tubuhmu Tuk Bertahan Hidup
Kau Doakan Aku Semenjak Kumasih Menari Dalam Alam Rahimmu

Ibu, Demi Zat Pemilik Alam Semesta
Aku Mengagumi Dan Memujamu
Kaulah Ratu Dalam Hatiku
Cahaya Dalam Gelap Titianku
Saat Tangisanku Memecah Keheningan Malam
Tak Segan Kau Rayu Aku Agar Kembali Terlelap Dalam Buaianmu
Mulia Benar Tingkahmu Ibu
Bersihkan Tubuhku selalu seakan kau tak rela nila setitik mengotori Sosok mungilku

Ibu, Kini Aku Sudah Beranjak Dewasa
Restui Jalanku, Ridhoi Pelupuk Mataku Ketika Memandang Sesuatu
Tuntun Aku Agar Tidak Melenceng Dari Inginmu
Doamu Adalah Penyemangatku,Penyejuk Dikala Kegersangan Mendera

IBu,Mohon Ampun Saat Bibir Ini Membantahmu
Maaf Atas Ketidaksempurnaanku Sebagai Putrimu
Saat Sajadah Panjang Terbentang Dihadapanku
Selalu Alunan Doa ku panjatkan Tuk Kebahagianmu
Lafaz Puja Puji Tuk Mohon Keselamatanmu Dunia Wal Akhirat

Ibu, Jangan Pernah Tinggalkan Aku
Kaulah Kekuatan Disaat Semua Mata Memandang Sinis Kearahku
Kaulah Senyum Disaat Kebencian Hujami Diri
Tak Sanggup Rasanya Harus HIdup Tanpa Sosok Sempurnamu

Ibu,Izinkan Aku Pergi Terlebih Dahulu
Agar Kau Bisa Hantarkan Aku Kepembaringan Terakhir
Mandikan Aku Dengan Tangan Lembutmu
Selimuti Aku Dengan Kain Kafan Yang Kau Beli Tuk Tutupi Tubuh Putrimu
Taburi Aku Wewangian Ibu, Agar Sang Khalik Dan Malaikat Mencium Aroma Bunga kasturi Ditubuhku

Ibu,Terima Kasih Atas Bekal Yang Selalu Terngiang Ditelingaku
Pesanmu Agar Selalu Ikuti&Patuhi Aturan Agama Yang Menjadi Kepercayaanku
Berpegang Pada Al Qur'an Dan AS Sunnah Yang Menjadi Sahabat Sejatiku
Penjawab Segala Pertanyaan Yang Menggelayut Dalam Dada Dan Pikiranku

Ibu,JIka Nanti Kubertemu DenganNYA
Kan Kumohonkan Tempat Terindah Untukmu
Tidak Ada Tempat Yang Lebih Layak Selain Jannah
Ratusan Peri Akan Melayanimu
Menyambutmu Dengan Rupa Nan Elok

Wahai Bundaku...Aku Mencintaimu,Terima Kasih Allah Atas Nikmat Tak Terhingga Karena Memiliki Ibu Sepertimu


perionair

" Kelakar Iblis "

Iblis apa yang telah merasuki lelaki terpanggil ayah
Dengan liar dia gerogoti sang putri
Jeritan wanita lemah itu seperti alunan nafsu membakar
Makin mengeliat ia menyusuri goa penghasil kepuasan

Makin menggila lelaki tua itu
Syahwat telah membutakan mata hatinya
Butiran Keringat Meluncur Tanda Klimaks Telah Tercapai
Lelaki Tua itu roboh tak berdaya

Wanita tenggelam dalam isak tertumpah
Beranjak tanpa kesadaran terbalut kain tipis tutupi kemaluannya
Lelaki yang diagungkan telah renggut kesuciannya
Tinggalkan ia diatas terpal beralaskan kain lusuh

Sang putri tertawa dalam pekat
Menyesal karena lelaki biadab itu adalah ayahnya
Sosok yang seharusnya melindungi,mendekap dan mengantarkannya kegerbang pernikahan
Berubah menjadi hewan bengis matikan asa dan cita
Tanpa pikir panjang,Sebuah belati dipilih akhiri keberingasan sang ayah

Darah Segar Mengalir temani diri dalam sesal
Kini sang wanita terlepas dari kepahitan terselubung
Gembira sambut kematian sang ayah
Perpisahan Lelaki tua itu dengan dunia
Tenangkah ia dengan hentikan hembusan nafas sang penghasil sperma??

Jawabannya TIDAK!!!
Pertanggungjawaban menanti, Lakon korban berubah menjadi pelaku pembunuhan
Bayang-bayang menjadi pesakitan menghantui
Siapa yang patut dipersalahkan??Sang Ayah dengan topeng kebinatangannya
Atau Sang putri yang mencoba lepaskan sang ayah dari tumpukan dosa terlaknat

Iblis yang sama mulai merasuki jiwa sang putri
Tanpa pikir panjang Dia cabut belati yang menancap didada sang ayah
Lalu dia hujamkan tepat dilehernya,hingga berhentilah perjalanan makhluk tersakiti
Kini mereka akan berkumpul di neraka yang berbahan bakar manusia & batu
Dan Kulit serta tubuh mereka kan dipanggang diatas api yang enam puluh sembilan kali lipat panasnya api dunia

"Api neraka jahannam telah dinyalakan seribu tahun hingga menjadi
merah. Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi putih.
Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi legam,
seperti malam yang gelap gulita." (HR Tirmidzi).



perionair